Jumat, 14 Agustus 2009

Prestasi Gerak Jalan Indah




Pada tahun 2008 bulan Agustus Paskibra SMA Lembar mampu menyandang juara II setelah SMAN 1 Narmada dalam lomba gerak jalan indah yang diadakan oleh pemerintah kabupaten Lombok Barat yang dilasanakan pada Kantor Kabupaten Lombok Barat pula, , ,
ternyata apa yang diharapkan oleh anggota paskibra tersebut telah terwujud setelah sekian lama mengadakan latihan untuk membentuk formasi demi formasi....walaupun dengan fasilitas yang minim anggota paskibra tersebut tidak patah semangat ataupun putus asa, justru dalam keadaan seperti itu anggota paskibra dengan kompak melantunkan beberapa kata yaitu "Itu bukan halangan bagi kami".....betapa gigihnya mereka untuk meraih juara, mereka selalu bersikap optimis. dengan selalu mencetuskan kata-kata "Kita pasti bisa", dengan bahasa seperti itu mereka menyadari "Kami adalah pengibar bendera sang merah putih sejati"......

PASKIBRAKA & PROKLAMASI


Oleh Drs. H. DEDEM RUCHLIA, M.Si.

setiap kita memperingati hari kemerdekaan negara yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, biasanya ditandai aneka ragam aktivitas yang dilakukan pemerintah seperti penyiapan upacara-upacara, pidato kenegaraan, dan pemberian penghargaan. Kalangan dunia usaha sibuk menyiapkan barang-barang layanan berbagai keperluan, sedangkan masyarakat sibuk dengan kegiatan di masing-masing daerah seperti menghias, membuat gapura, dan mengadakan perlombaan bertemakan perjuangan untuk tujuan menyemarakkan hari kemerdekaan.

Salah satu agenda dalam memperingati kemerdekaan adalah tradisi penyiapan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) oleh pemerintah bersama masyarakat baik di pusat maupun daerah. Paskibraka disiapkan dengan melibatkan unsur-unsur generasi muda remaja terutama anak-anak sekolah setingkat SMP dan SMA. Mereka direkrut, dilatih fisik, mental, dan intelektualitasnya selama kurun waktu sekitar satu bulan. Biasanya mereka diasramakan di lingkungan markas tentara sebagai institusi yang diberi tugas membentuk sikap/karakter agar tertanam nilai-nilai kejuangan seperti sikap takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri, jiwa korsa, kerja sama, rasa tanggung jawab, semangat rela berkorban, dan nasionalisme. Hal itu dimaksudkan agar generasi muda mampu memahami dan merasakan bahwa untuk mencapai sesuatu atau cita-cita itu penuh perjuangan dan pengorbanan.

Apabila proses pembentukan selesai dilaksanakan, bersama satuan tentara mereka siap bertugas melaksanakan pengibaran bendera Merah Putih di lapangan, pada saat upacara peringatan hari kemerdekaan. Setting values pengerahan Paskibraka melalui tugas gabungan antara tentara dan pemuda adalah sebagai simbol yang merefleksikan semangat juang ke dalam proses sejarah perebutan kemerdekaan oleh para founding father dengan doa, darah, dan air mata kekuatan bersenjata bersama rakyat pejuang mampu melawan kekuatan bersenjata penjajah.

Kenapa harus tentara? Kenapa tentara begitu pentingnya dalam peristiwa sejarah perjuangan di tanah air kita? Dari catatan peristiwa sejarah mengenang masa perjuangan menuntut kemerdekaan Indonesia hingga detik proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 serta perjuangan selanjutnya membela dan mempertahankannya, tidak banyak orang mengetahui bahwa sebelum terbentuknya negara Republik Indonesia merdeka kita telah memiliki tentara terlebih dahulu. Itulah yang membedakan negara kita dibandingkan dengan negara-negara lain yang merdeka atau dimerdekakan lebih dahulu baru kemudian dibentuk tentara untuk tujuan mempertahankan kedaulatan negaranya.

Negara kita mengalami penjajahan oleh pemerintah militer kolonial Belanda selama 350 tahun dan pemerintah militer Jepang selama 3,5 tahun. Setiap upaya perjuangan menuntut kemerdekaan oleh para tokoh-pahlawan pejuang nasional seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Imam Bonjol, dan Patimura, selalu dikandaskan kekuatan militer Belanda. Selanjutnya, perjuangan Pesantren Sukamanah Tasikmalaya pimpinan K.H. Zainal Mustafa melawan pendudukan Jepang dengan tujuan melawan kemungkaran penjajah, juga dipatahkan militer Jepang.

Kehadiran tentara PETA sebagai cikal bakal TNI dibentuk pemerintah militer pendudukan Jepang dengan tujuan memobilisasi massa dan guna menumbuhkan keberanian moral dalam suasana perang sekaligus membentengi posisi pendudukan Jepang di tanah air akibat tentara Jepang yang mulai menderita kekalahan menghadapi serangan balik dari Sekutu yang ditandai direbutnya Guadalkanal dari tangan Jepang. Tentara PETA inilah yang menjadi kekuatan bersenjata bersama rakyat pejuang yang akhirnya melucuti tentara Jepang sendiri bersamaan dengan bocoran menyerahnya pemerintah Jepang kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Akhirnya, tentara PETA mengambil inisiatif bersama tokoh pemuda mendesak Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya, pada 17 Agustus 1945 sekitar pukul 10.00 WIB, bertepatan dengan Jumat Legi 9 Ramadan 1364 Hijriah, dengan dukungan dan pengamanan tentara Peta, Bung Karno, dan Bung Hatta untuk atas nama bangsa Indonesia membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, dengan khidmat, tertib, dan aman. Semula hal yang penting ini akan dilaksanakan di Lapangan Ikada, sekarang Monas, tetapi karena segi keamanan, dialihkan ke kediaman Bung Karno di Jln. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Waktu itu hadir Bu Fatmawati, Suwiryo, Dr. Muwardi, Wilopo, Mr. A. Gafar Pringodigdo, S.K. Trimurti, Sayuti Melik, dll. Hadir pula Barisan Pelopor, para pemuda, dan mahasiswa sekitar 1.000 orang.

Pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih dinaikkan anggota tentara PETA yaitu Chodancho A. Latief Hendraningrat dan bendera Merah Putih hasil jahitan tangan Bu Fatmawati. Setelah bendera naik dan berkibar, spontan dinyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" oleh seluruh yang hadir dengan penuh khidmat.

Detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia yang bersejarah itu dilarang disiarkan oleh Jepang, tetapi dapat disiarkan Radio Bandung hingga berulang-ulang, berkat pengawalan tentara PETA dan keberanian petugas di Kantor Siaran Radio Bandung di bawah pimpinan Sakti Alamsyah dan Amir Syam c.s., atas prakarsa Adam Malik yang berhasil menelefon Kantor Berita Domei di Jakarta dan Bandung, dengan mendiktekan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk disiarluaskan. Kemudian ditangkap Radio Malabar dan di-relay oleh Radio I Lilverum Negeri Belanda hingga dunia mengetahuinya. Sungguh besar jasa-jasa tentara Peta dan pejuang di lingkungan Kantor Siaran Radio Bandung.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia laksana fajar menyingsing menyinarkan cahaya kehidupan baru di bumi persada nusantara. Seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia di segenap pelosok tanah air, menyambutnya dengan rasa syukur, rasa haru, dan suka cita tiada terhingga. Alhamdulillah, berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Sejarah membuktikan pula bahwa kekuatan rakyat pejuang yang manunggal dengan kekuatan bersenjata menjadi kekuatan yang ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Oleh karena itu, peristiwa penting ini merupakan simbol kekuatan bersenjata bersama-sama rakyat pejuang bahu-membahu berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hikmah dari peristiwa proklamasi ini perlu terus dilestarikan dan diwariskan dalam bentuk pelibatan generasi muda kita melalui pembentukan kekuatan Paskibraka dan pengerahannya yang dipersiapkan dan dilatih baik fisik maupun mentalnya agar mau dan mampu secara tertib dan khidmat mengantarkan Sang Saka Merah Putih untuk dikibarkan dalam setiap memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai refleksi dari proses sejarah pengibaran Merah Putih pada 17 Agustus 1945.

Dalam kondisi negara saat ini yang penuh dengan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, diharapkan TNI ke depan tidak kehilangan semangatnya untuk tetap tegar dan selalu meningkatkan profesionalismenya sebagai kekuatan penentu bersama komponen bangsa lainnya untuk menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita, rakyat Indonesia tetap yakin dan percaya pada kekuatan TNI yang memiliki andil sangat besar terhadap kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta perjuangan selanjutnya membela dan mempertahankannya. ***

Sejarah Terbentuknya Paskibarka


Pada tahun 1967 Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta (5 orang-red), kemudian beliau mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : Kelompok 17/Pengiring (Pemandu), Kelompok 8/Pembawa (Inti), Kelompok 45/Pengawal. Ini merupakan simbol yang diambil dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945

Pada saat itu dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.

Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI-red) , tetapi pada waktu itu libur perkuliahan dan transfortasi Magelang-Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit untuk dilaksanakan.

Usul lain untuk menggunakan pasukan elite ABRI (RPKAD, PGT, MARINIR, BRIMOB) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Jakarta.

Tahun 1968, petugas Pengibar Bendera Pusaka adalah pemuda utusan propinsi. Tetapi belum seluruh propinsi mengirimkan utusan sehingga harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.

Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya terlalu tua sehingga tidak mungkin untuk dikibarkan kembali, maka dibuatlah duplikat. Untuk dikibarkan di tiang 17 Meter Istana Merdeka, telah tersedia Bendera Merah Putih dari bahan Bendera (wool) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.

Bendera Merah Putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah idealnya terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putihnya langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia.

Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dengan dibantu oleh PT Ratna di Ciawi Bogor. Dalam prakteknya pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat ideal yang ditentukan Bapak Husein Mutahar, karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin akan lama.

Tanggal 5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan di masing-masing daerah dapat dikibarkan duplikat Bendera Pusaka dan pembacaan Naskah Proklamasi bersamaan dengan Upacara Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan yang dilakukan di Istana Merdeka, Jakarta. Selanjutnya kedua benda tersebut juga di bagikan ke Daerah Tingkat II serta perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Bendera Duplikat mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan. Pada tahun itu juga resmi anggota PASKIBRAKA adalah remaja SMTA se-tanah air yang merupakan utusan dari tiap-tiap propinsi. Setiap propinsi di wakili oleh sepasang remaja.
Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS akronim dari Pasukan, KIB akronim dari Pengibar, RA berati bendera, KA berati Pusaka. Mulai saat itulah resmi singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah PASKIBRAKA sampai saat ini.


Dirangkum dari
Buku Kenangan 25 Tahun PASKIBRAKA
Direktorat Pembinaan Generasi Muda
Ditjen Diklusepora Depdikbud
Tahun 1993